TUGAS ETIKA DAN
NILAI LINGKUNGAN
KESEHATAN LINGKUNGAN
DAN PENDEKATAN EKOLOGI
Disusun Oleh :
Meri Rosita
NPM: 13.13101.10.26
Email :
merirosita1978@gmail.com
Dosen Pengajar :
Prof. Supli Effendi
Rahim
PROGRAM
PASCA SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA
HUSADA PALEMBANG
2014
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji
dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan Hidayah
serta Ridho-Nya saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah ilmu Etika dan Nilai
Lingkungan, shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW sebagai penuntun teladan umat seluruh alam.
Dengan terselesainya tugas ini
penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar - besarnya kepada Dosen Mata
Kuliah Etika dan Nilai Lingkungan, yaitu Bapak Prof. Supli Effendi Rahim yang
telah banyak meluangkan waktu, pikiran, tenaga, dan kesabaran dalam membimbing
penulis. Oleh karena itu,penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan. Semoga tugas
ini dapat berguna untuk semua pihak.
Atas perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum
Wr. Wb.
Palembang,
Mei
2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hingga hari ini, mata manusia
menjadi terbelalak menghadapi kenyataan bahwa luas hutan kita sudah tidak bisa
lagi membersihkan udara bumi dari gas buangan yang berasal dari industri,
kendaraan bermotor, pembakaran, dan lainnya, sehingga tingkat polusi udara jadi
semakin tinggi yang mengakibatkan terjadinya pemanasan global dan perubahan
iklim di bumi. Pemanasan global itu sendiri memiliki sederet efek negatif bagi
kehidupan di bumi. Seluruh manusia merasakan bagaimana akibat keluar dari
kesatuan hukum moral, yakni hilangnya keseimbangan dalam kehidupan di bumi.
Tidak ada kebaikan dari keadaan ini, yang ada selalu keburukan atau dampak
negatifnya yang dirasakan oleh seluruh manusia tanpa memandang usia atau
status, antara lain:
1. Dengan
tingginya tingkat polusi udara, muncul berbagai macam penyakit terutama penyakit saluran pernafasan dan
terbukti dapat menyebabkan kematian bagi manusia dan hewan.
2. Suhu udara
yang tinggi menyebabkan kekeringan terjadi di beberapa bagian wilayah di bumi,
lalu mematikan tanaman produktif yang ada di ladang dan sawah rakyat kecil.
Akhirnya kelaparan dan penyakit pun melanda wilayah tersebut.
3. Penebangan
hutan tanpa batas mengakibatkan tanah longsor dan air bah, dua bencana alam
yang sering terjadi pada masa belakangan ini.
Dampak negatif diatas merupakan hal
yang sudah terjadi dan dirasakan oleh manusia. Sementara dampak negatif yang
belum terjadi kemungkinan akan lebih berat dirasakan oleh penghuni bumi.
Tampaklah sudah bahwa hutan itu sangat penting keberadaannya demi menjaga
keseimbangan ekosistem di muka bumi ini. Dan merusak hutan berarti menimbulkan
berbagai efek negatif yang dapat membahayakan keberlangsungan kehidupan di
bumi.
Persoalan besar ini adalah masalah
bagi seluruh umat manusia di dunia, yang hanya bisa diselesaikan dengan kembali
ke kesadaran moral sebagai agen moral yang mengemban tugas moral di bumi ini.
Kita tidak bisa mengharapkan munculnya kesadaran dari manusia amoral yang
menyebabkan terjadinya masalah besar ini untuk melakukan perbaikan keadaan.
Haruslah manusia yang memiliki kesadaran moral yang bergerak maju untuk
mengentaskan masalah dan mengarahkan kembali proses evolusi kehidupan di bumi
pada satu jalur yang membawa kepada keseimbangan ekosistem.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa kesehatan lingkungan ?
2. Apa saja komponen-komponen penyusun ekosistem ?
2. Fakto-faktor
apa saja yang mempengaruhi ekosistem ?
3. Bagaimana
proses terjadinya keseimbangan ekosistem ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Menjabarkan
apa saja yang termasuk komponen-komponen penyusun ekosistem.
2. Menjabarkan
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ekosistem.
3. Mendiskripsikan
bagaimana proses terjadinya keseimbangan ekosistem.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1
Definisi Kesehatan
Lingkungan dan Ekosistem
Menurut WHO
(World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan
ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin
keadaan sehat dari manusia. Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan
Indonesia) kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu
menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya
untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.
2.2 Ruang Lingkup Kesehatan
Lingkungan
Menurut World
Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan, yaitu
:
1.
Penyediaan Air Minum
2.
Pengelolaan air Buangan dan
pengendalian pencemaran
3.
Pembuangan Sampah Padat
4.
Pengendalian Vektor
5.
Pencegahan/pengendalian pencemaran
tanah oleh ekskreta manusia
6.
Higiene makanan, termasuk higiene
susu
7.
Pengendalian pencemaran udara
8.
Pengendalian radiasi
9.
Kesehatan kerja
10. Pengendalian
kebisingan
11. Perumahan
dan pemukiman
12. Aspek
kesling dan transportasi udara
13. Perencanaan
daerah dan perkotaan
14. Pencegahan
kecelakaan
15. Rekreasi
umum dan pariwisata
16. Tindakan-tindakan
sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah, bencana alam dan
perpindahan penduduk
17. Tindakan
pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.
DiIndonesia,
ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam Pasal 22 ayat (3) UU No 23
tahun 1992 ruang lingkup kesling ada 8, yaitu :
1. Penyehatan
Air dan Udara
2. Pengamanan
Limbah padat/sampah
3. Pengamanan
Limbah cair
4. Pengamanan
limbah gas
5. Pengamanan
radiasi
6. Pengamanan
kebisingan
7. Pengamanan
vektor penyakit
8. Penyehatan
dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana
2.3 Sasaran Kesehatan Lingkungan
Menurut
Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992, Sasaran dari pelaksanaan kesehatan lingkungan
adalah sebagai berikut :
1.
Tempat umum : hotel, terminal,
pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang sejenis
2.
Lingkungan pemukiman : rumah
tinggal, asrama/yang sejenis
3.
Lingkungan kerja : perkantoran,
kawasan industri/yang sejenis
4.
Angkutan umum : kendaraan darat,
laut dan udara yang digunakan untuk umum
5.
Lingkungan lainnya : misalnya yang
bersifat khusus seperti lingkungan yang berada dlm keadaan darurat, bencana
perpindahan penduduk secara besar2an, reaktor/tempat yang bersifat khusus.
2.4 Masalah-Masalah Kesehtan Lingkungan Di
Indonesia
Masalah Kesehatan
lingkungan merupakan masalah kompleks yang untuk mengatasinyadibutuhkan
integrasi dari berbagai sector terkait. Di Indonesia permasalah dalam kesehatan
lingkungan antara lain :2,4
1. Air Bersih
Air bersih
adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi
syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air
yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatandan dapat langsung diminum.
Syarat-syarat Kualitas Air Bersih
diantaranya adalah sebagai berikut :
- Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
- Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan (maks 500 mg/l)
- Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air)
2. Pembuangan Kotoran/Tinja
Metode
pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat sebagai berikut :
- Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
- Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air atau sumur
- Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
- Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
- Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar ; atau, bila memang benar-benar diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin
- Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang
- Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.
3. Kesehatan Pemukiman
Secara umum
rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
- Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu
- Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah
- Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup
- Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.
4. Pembuangan Sampah
Teknik
pengelolaan sampah yang baik dan benar harus memperhatikan faktor-faktor
/unsur, berikut:
- Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah adalah jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola kehidupan/tk sosial ekonomi, letak geografis, iklim, musim, dan kemajuan teknologi
- Penyimpanan sampah
- Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali
- Pengangkutan
- Pembuangan
�-Denganmengetahui
unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat mengetahui hubungan dan urgensinya
masing-masing unsur tersebut agar kita dapat memecahkan masalah-masalah ini
secara efisien.
5. Serangga dan Binatang Pengganggu
Serangga
sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibitpenyakit yang kemudian
disebut sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar,
Nyamuk Anopheles sp untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp untuk Demam
Berdarah Dengue (DBD), Nyamuk Culex sp untukPenyakit Kaki Gajah/Filariasis.
Penanggulangan/pencegahan dari penyakittersebut diantaranya dengan merancang
rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat proff (rapat tikus), Kelambu
yang dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan Nyamuk Anopheles sp,
Gerakan 3 M (menguras mengubur dan menutup) tempat penampungan air untuk
mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasa pada lubang angin di rumah atau dengan
pestisida untuk mencegah penyakit kaki gajah dan usaha-usaha sanitasi.
Binatang pengganggu
yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing dapat menularkan penyakit
rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat menjadi perantara perpindahan bibit
penyakit ke makanan sehingga menimbulakan diare. Tikus dapat menyebabkan
Leptospirosis dari kencing yang dikeluarkannya yang telah terinfeksi bakteri
penyebab.
6. Makanan dan Minuman
Sasaran higene
sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah makan, jasa boga dan
makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau
disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang
disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel).
�- Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman
tempat pengelolaan makanan meliputi :
- Persyaratan lokasi dan bangunan
- Persyaratan fasilitas sanitasi
- Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan
- Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi
- Persyaratan pengolahan makanan
- Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi
- Persyaratan peralatan yang digunakan
- Pencemaran Lingkungan
�- Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air,
pencemaran tanah, pencemaran udara. Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi
indoor air pollution dan out door air pollution. Indoor air pollution merupakan
problem perumahan/pemukiman serta gedung umum, bis kereta api, dll. Masalah ini
lebih berpotensi menjadi masalah kesehatan yang sesungguhnya, mengingat manusia
cenderung berada di dalam ruangan ketimbang berada di jalanan. Diduga akibat
pembakaran kayu bakar, bahan bakar rumah tangga lainnya merupakan salah satu
faktor resiko timbulnya infeksi saluran pernafasan bagi anak balita. Mengenai
masalah out door pollution atau pencemaran udara di luar rumah, berbagai analisis
data menunjukkan bahwa ada kecenderungan peningkatan. Beberapa penelitian
menunjukkan adanya perbedaan resiko dampak pencemaran pada beberapa kelompok
resiko tinggi penduduk kota dibanding pedesaan. Besar resiko relatif tersebut
adalah 12,5 kali lebih besar. Keadaan ini, bagi jenis pencemar yang
akumulatif,tentu akan lebih buruk di masa mendatang. Pembakaran hutan untuk
dibuatlahan pertanian atau sekedar diambil kayunya ternyata membawa dampak
serius, misalnya infeksi saluran pernafasan akut, iritasi pada mata,
terganggunya jadual penerbangan, terganggunya ekologi hutan. (SUMBER: Yayan
A. Israr, S.Ked. Fakultas Kedokteran Universitas Riau.
2.5 Pengertian Ekosistem
Hubungan
saling mempengaruhi antara makhluk hidup dengan lingkungannya membentuk suatu sistem
disebut Ekosistem. Ilmu yang mempelajari tentang ekosistem disebut ekologi.
Ekologi
berasal dari bahasaYunani, yaitu oikos yang artinya rumah, dan logos artinya
ilmu. Jadi, ekologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang interaksi antar
makhluk hidup dan interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
2.6 Komponen – Komponen Penyusun Ekosistem
Sebelum
mempelajari tentang komponen ekosistem, haruslah mengetahui apa yang dimaksud
dengan individu, populasi, komunitas,
dan habitat. Individu adalah satu
makhluk tunggal, contohnya seekor burung. Populasi
adalah kumpulan dari individu yang sama yang menempati suatu tempat tertentu.
Tempat hidup suatu makhluk hidup disebut habitat.
Kumpulan populasi akan membentuk suatu komunitas.
Kumpulan komunitas akan membentuk suatu ekosistem.
Dalam suatu
ekosistem terjadi interaksi atau hubungan antara makhluk hidup dengan makhluk
hidup sejenisnya, dengan makhluk hidup lain jenis, maupun interaksi dengan lingkungannya berupa makhluk tak hidup,
seperti: air, udara, tanah, cahaya matahari, suhu, angin, dan kelembapan.
1.
Komponen
Abiotik
Komponen abiotik merupakan komponen ekosistem berupa benda tak hidup
yang terdapat di sekitar makhluk hidup. Komponen abiotik yang berpengaruh pada
ekosistem, antara lain:
a.
Cahaya
matahari
Cahaya matahari merupakan faktor
abiotik yang terpenting untuk menunjang kehidupan di bumi. Cahaya matahari
merupakan sumber energi bagi tumbuhan yang diperlukan dalam proses
fotosintesis. Cahaya matahari juga memberikan rasa hangat untuk semua makhluk.
b.
Tanah
Tanah berfungsi sebagai tempat
hidup berbagai makhluk hidup dalam suatu ekosistem. Di dalam tanah terdapat zat
hara yang merupakan mineral penting untuk mempertahankan proses di dalam tubuh,
terutama bagi tumbuhan. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang
hidup di dalamnya berbeda.
c.
Air
Air merupakan faktor abiotik yang
sangat penting untuk menunjang suatu kehidupan. Semua sel dan jaringan terdiri
atas air. Air merupakan media pelarut zat-zat yang dibutuhkan dan media
pengangkut dalam tubuh hewan dan tumbuhan. Air juga merupakan suatu bentuk
habitat bagi makhluk hidup, seperti: danau, sungai, dan laut. Air sangat
mempengaruhi proses kehidupan.
d.
Suhu
Suhu sangat mem pengaruhi lingkungan
dan kehidupan makhluk hidup di lingkungan tersebut. Ada makhluk hidup yang
mampu hidup di lingkungan dengan suhu rendah, ada pula makhluk hidup yang mampu
hidup di lingkungan dengan suhu tinggi.
e.
Udara
Udara merupakan komponen abiotik
yang sangat diperlukan makhluk hidup. Hewan dan manusia menggunakan oksigen
yang terdapat di udara untuk bernapas dan mengeluarkan karbon dioksida ke
udara. Sedangkan, tumbuhan mengambil karbon dioksida dari udara untuk proses
fotosintesis dan menghasilkan oksigen sebagai produk sampingan. Oksigen ini
dilepaskan ke udara untuk digunakan oleh semua makhluk hidup. Dengan demikian,
terjadilah perputaran zat yang berlangsung terus menerus. Peristiwa ini
menunjukkan adanya saling keter-gantungan dan saling membutuhkan antara makhluk
hidup dan lingkungannya.
2.
Komponen
Biotik
Komponen biotik adalah komponen
ekosistem berupa berbagai makhluk hidup yang ada di dalam suatu ekosistem. Tiap
komponen memiliki peranan masing-masing yang erat kaitannya dalam pemenuhan
kebutuhan akan makanan. Hal ini menyebabkan terjadinya keseimbangan di dalam ekosistem. Berdasarkan
peranannya di dalam ekosistem, komponen biotik dikelompokkan menjadi tiga
macam, yaitu:
a.
Produsen
(Penghasil)
Semua produsen dapat menyintesis
makanannya sendiri sehingga disebut organisme autotrof. Di dalam ekosistem
semua tumbuhan hijau adalah produsen. Tumbuhan dapat membuat makanannya sendiri
dengan melakukan fotosintesis. Di dalam ekosistem air yang berperan sebagai
produsen adalah fitoplankton, yang merupakan tumbuhan hijau yang amat kecil
yang melayang-layang di dalam air. Fitoplankton selalu menghasilkan berton-ton
makanan yang menjadi sumber makanan bagi hewan-hewan air yang lain.
b.
Konsumen
Manusia dan hewan tidak dapat
membuat makanan sendiri (heterotrof). Oleh karena itu, manusia dan hewan
memperoleh makanan dari tumbuhan sehingga disebut konsumen. Konsumen sangat
tergantung pada produsen, begitu juga sebaliknya, konsumen mempengaruhi
kelangsungan hidup produsen. Karbon dioksida dari sisa pernapasan hewan dan
manusia dibutuhkan tumbuhan untuk proses fotosintesis (membuat makanan).
Berdasarkan jenis makanannya, konsumen dibagi menjadi tiga macam, yaitu
herbivora, karnivora, dan omnivora.
1)
Herbivora (pemakan
tumbuhan), misalnya kambing, sapi, kerbau,dan lain-lain.
2)
Karnivora (pemakan
daging), misalnya harimau, burung elang dan serigala. Dalam ekosistem,
karnivora disebut predator atau pemangsa.
3)
Omnivora (pemakan
tumbuhan dan daging), misalnya ayam, itik, kera, tikus dan orangutan serta
manusia.
c.
Pengurai
Organisme ini mampu merombak sisa
produk organisme hidup dan organisme yang mati atau bangkai dengan enzim
pencernaan tang dimilikinya, kemudian menyerap hasil cernaannya tersebut
sebagai makanannya. Kegiatan organisme ini memungkinkan senyawa sederhana
didaur ulang, sehingga dapat digunakan kembalioleh organisme autotrof atau
produsen. Makhluk hidup yang termasuk pengurai adalah jamur dan bakteri.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Keseimbangan Ekosistem
3.1.1 Hubungan
Produsen, Konsumen, dan Pengurai
Secara alami
suatu ekosistem dalam keadaan seimbang. Keseimbangan ini akan terganggu bila
ada gangguan dari luar, seperti bencana alam atau campur tangan manusia. Komponen
penyusun ekosistem tidak dapat berdiri sendiri, tetapi saling tergantung. Suatu
komponen biotik yang ada di dalam ekosistem ditunjang oleh komponen biotik
lainnya. Dalam suatu ekosistem selalu terjadi perubahan jumlah populasi
tumbuhan, herbivora, dan karnivora (komponen biotik).
Alam akan
mengatur ekosistem sedemikian rupa sehingga perbandingan antara jumlah produsen
dan konsumen selalu seimbang. Keseimbangan alam (ekosistem) akan terpelihara
bila komposisi komponen-komponennya (komponen biotik maupun komponen abiotik)
dalam keadaan seimbang.
Untuk
menjaga keseimbangan pada ekosistem, maka terjadi peristiwa makan dan dimakan.
Hal ini bertujuan untuk mengendalikan populasi suatu organisme. Peristiwa makan
dan dimakan antar makhluk hidup dalam suatu ekosistem membentuk rantai makanan
dan jaring-jaring makanan.
a.
Rantai
makanan
Proses makan dan dimakan terjadi
dalam suatu ekosistem. Dalam suatu ekosistem terjadi peristiwa makan dan
dimakan dalam suatu garis lurus yang disebut rantai makanan. Rantai makanan ini
terjadi jika satu jenis produsen dimakan oleh satu jenis konsumen pertama,
konsumen pertama dimakan oleh satu jenis konsumen kedua, dan seterusnya.
Konsumen yang menjadi pemakan terakhir disebut konsumen puncak. Rantai makanan
terjadi di berbagai ekosistem. Di antara rantai makanan tersebut terdapat
pengurai, karena pada akhirnya semua makhluk hidup akan mati dan diuraikan oleh
pengurai.
Di dalam ekosistem tidak hanya ada
satu rantai makanan tetapi beribu-ribu banyaknya yang kesemuanya sama-sama
menggunakan sinar matahari sebagai sumber energi. Antara satu rantai makanan
dengan rantai makanan yang lain akan membentuk sebuah jaring-jaring makanan.
Jaring-jaring makanan, susunannya lebih kompleks bila dibandingkan dengan
rantai makanan.
c.
Piramida
makanan
Dalam ekosistem ya ng seimbang jumlah produsen lebih
banyak daripada jumlah konsumen tingkat I, jumlah konsumen tingkat II lebih
banyak daripada konsumen tingkat III, demikian seterusnya. Hal ini disebabkan
oleh hilangnya energi pada setiap tingkatan makanan. Jika rantai makanan
digambarkan dari produsen sampai konsumen tingkat tinggi, maka akan terbentuk
suatu piramida makanan.
3.1.2 Perkembangan Ekosistem
Setiap ekosistem dalam suatu wilayah selalu mengalami perkembangan menuju
ke arah keseimbangan. Perkembangan
ekosistem tersebut tergantung dari pola perkembangan komunitas yang ada di
dalamnya. Secara umum perkembangan
ekosistem yang dikenal dengan suksesi ekologi ini, melalui beberapa
tahapan-tahapan perkembangan yang disebut sere. Setiap sere memberikan ciri-ciri khas tersendiri
tergantung dari jenis-jenis dominan yang ada dan faktor pembatas fisiknya.
Suksesi tidak hanya berlaku pada ekosistem alaminya saja, melainkan iuga
pada organisme hewan dan tumbuhan yang ada di dalamnya. Bahkan dinyatakan bahwa
ekosistem primer, sekunder, flora, dan fauna dan daerah sekitar merupakan
faktor utama yang memberi pengaruh terhadap tipe-tipe pertumbuhan tumbuhan dan
hewan yang mengalami suksesi baik melalui persebaran maupun migrasi.
Terdapat tiga hal pokok yang saling terkait dan ikut mempengaruhi lajunya
perkembangan ekosistem, yakni 1) ketersediaan sumber daya, 2) faktor pembatas
fisik, dan 3) kemampuan dari organismenya. Khusus mengenai ketersediaan sumber
daya, dalam hal ini makanan/energi diberikan penekanan tersendiri karena dapat
mengarah pada kesempatan kenaikkan biomassa. Apabila laju total fotosintesis
lebih besar dari laju total respirasi maka dapat memungkinkan kesempatan
kenaikkan biomassa, dan ini disebut suksesi autotrofik. Sebaliknya bila laju
total fotosintesis lebih kecil dari laju total respirasi maka hanya akan
memanfaatkan energi yang sudah ada dengan pembentukan relung-relung ekologi
yang baru, dan ini disebut suksesi heterotrofik.
Suksesi pada tingkat perkembangan akhir terbentuklah puncak dimana
terdapat keseimbangan ekologi biomassa maksimum dengan pola-pola simbiose yang
berlangsung di dalamnya berjalan secara alami pula. Jadi perkembangan ekosistem
tidak pernah merupakan hasil perkembangan yang terjadi begitu saja, dalam
artian terjadi langsung keseimbangan ekologi pada suatu kawasan yang baru
terbentuk. Dibutuhkan satuan waktu tertentu, tentunya dengan kemampuan daya
adaptasi yang ada untuk mencapai suatu tatanan menuju keseimbangan ekologi.
Sejalan dengan perkembangan ekosistem menuju klimaks ekologi ataupun
keseimbangan ekosistem, senantiasa selalu diikuti dengan perkembangan berupa
perubahan-perubahan dari segala sesuatu yang berkaitan dengan tata kehidupan
organisme yang ada di dalam ekosistem tersebut. Hanya organisme yang mampu
beradaptasilah (yang mampu melakukan kompensasi terhadap faktor pembatas fisik
lingkungannya) yang dapat terus berada dan hidup, meskipun dengan harus
“menciptakan” suatu relung ekologi tersendiri.
3.1.3
Konsep
Klimaks
Setelah melalui beberapa tahapan perkembangan ekosistem atau sere, suatu
ekosistem dapat mencapai tahapan akhir klimaks atau dapat pula dianggap sebagai
puncak perkembangan ekosistem. Salah satu ciri pada komunitas klimaks yaitu
dengan tidak terdapatnya penumpukan zat
organik netto tahunan. Hal ini disebabkan karena produksi tahunan komunitas
seimbang dengan konsumsi tahunan.
Banyak ahli berpendapat bahwa iklim klimaks pada suatu wilayah belum tentu
dapat dicapai karena komunitas yang sudah “mantap” sekalipun, karena masih
menunjukkan adanya perubahan, penyesuaian dan pembusukan. Hal ini didasari oleh
kenyataan bahwa perubahan suatu komunitas dipengaruhi oleh kejadian-kejadian
yang terdapat dalam komunitas tersebut. Berdasarkan hal tersebut telah dipakai kesepakatan bahwa
hampir tidak mungkin pada suatu wilayah mencapai iklim klimaks, sehingga iklim
klimaks tunggal merupakan komunitas teoritis yang dituju semua suksesi dalam perkembangan pada suatu daerah, asalkan
keadaan lingkungan fisik secara umum tidak terlalu ekstrem sehingga dapat mampu
mempengaruhi iklim lingkungan. umumnya suksesi berakhir pada klimaks edaphik,
dengan hanya terkait pada masing-masing pengaruh faktor pembatas fisik pada wilayah
setempat.
Meskipun suksesi pada suatu ekosistem untuk dapat mencapai klimaks
membutuhkan waktu yang tidak sebentar, namun cepat lambatnya masih tergantung
pula oleh tingkatan suksesi yang terjadi kepadanya. secara umum terdapat dua
macam ekosistem suksesi yaitu, ekosistem suksesi primer dan ekosistem suksesi
sekunder. Ekosistem suksesi primer lebih dinyatakan pada berkembangnya
ekosistem tersebut melalui substrat yang baru. Artinya kehidupan yang ada pada
ekosistem tersebut setelah perlakuan benar-benar dimulai dari nol, dan harus
dimulai dari kerja organisme pionir dengan segala perlakuan dari faktor
pembatas fisik yang ada. Sedangkan ekosistem suksesi sekunder berkembang
setelah ekosistem alami rusak total tetapi dimulai dengan tidak terbentuk substrat
yang baru, atau dapat dianggap sebagai dimulainya kehidupan baru setelah adanya
“gangguan” pada ekosistem alami.
3.2 Pengaruh
Perkembangbiakkan Terhadap Ekosistem
Kemampuan
berkembang biak suatu organisme banyak ditentukan oleh lingkungan hidupnya.
Lingkungan akan menyediakan berbagai hal untuk kehidupan baik berupa makanan,
tempat hidup, pengaruh iklim, cuaca, kelembaban dan radiasi matahari. Dengan
demikian pertambahan jumlah individu dalam populasi bergantung pada pengadaan
sumber daya alam dengan jumlah tertentu. Keadaan ini memberikan gambaran kepada
kita bahwa dalam lingkungan yang teraturpun, populasi jumlah manusia, hewan dan
tumbuhan cenderung masih dapat naik dan turun.
Naik
turunnya jumlah populasi bergantung pada pengadaan sumber daya alam. Dengan
sendirinya lewat persaingan akan dapat dikaji lebih jauh tentang bagaimana
upaya untuk mengintensifkan perjuangan hidup. Jika sumber daya alam
persediaanya di lingkungan tersebut kurang, muncullah ketegangan, namun jika
persediaan sumber daya alam cukup bagi makhluk, maka akan menghasilkan
kehidupan yang tenang, kehidupan tak bergejolak dan terjadinya interaksi dalam
ekosistem, baik interaksi antar populasi dan dalam populasi sendiri menjadi
harmonis sehingga dalam ekosistem dapat muncul kesimbangan dan ketenangan.
Keseimbangan
dan ketenangan mengakibatkan perkembang biakan menjadi lebih baik, seterusnya
dalam populasi tertentu akan berakibat bertambahnya jumlah anggota populasi
tersebut. Kepadatan populasi ini dapat meningkat melebihi daya dukung sumber
daya alam yang secara tak langsung juga mengakibatkan pengurangan individu
dalam populasi tersebut lewat persaingan. Sebaliknya bila perkembang biakan tak
baik jumlah anggota populasi pertambahannya menjadi lambat, mengakibatkan
kepadatan populasi agak kurang kehidupan menjadi tenang.
Ketidakmantapan
ekosistem ini disebabkan jumlah manusia di bumi cenderung meningkat
populasinya, sedangkan spesies tumbuhan yang diproduksi hanya sejenis. Misalnya
: manusia di indonesia hanya cenderung menanam padi, gandum, jagung dan
palawija. Hal ini mengakibatkan hewan yang dapat diternak hanyalah sapi, domba,
kerbau, dan sebangsanya. Dengan demikian populasi makhluk hidup lainnya tidak
disediakan konsumsi bahan makanannya. Tentu bagi makhluk yang tak disediakan
sumber makanan keadaannya menjadi tertekan dan diprediksi tak dapat bertahan
lama hidup di muka bumi. Penurunan keanekaragaman hayati dalam ekosistem pada umumnya
disebabkan oleh pengaruh empat hal yakni :
1.
Terjadinya penyederhanaan
keanekaragaman makhluk hidup di muka bumi. Hal ini akan dapat berakibat
banyaknya hama penyakit yang berpengaruh negatif. Pengaruh tersebut adalah
rentannya kehidupan makhluk di muka bumi.
2.
mono kultur terhadap kemantapan
ekonomi. Tanaman dan hewan yang kurang beragam yang dipelihara oleh manusia
berakibat terbatasnya akses ekonomi manusia.
3.
penyederhananan makhluk hidup
terhadap habitat dapat menyebabkan lingkungan tak subur atau seringkali
terabaikan pengelolaannya. Tanah yang tandus semakin rusak dan tak mendapatkan
perhatian.
4.
kurangnya keanekaragaman ekonomi
terhadap stagnasi ekonomi di kota. Peredaran sumber daya makanan, sumber daya
alam dan manusia menjadi terbatas dan hanya mengumpul di kota. Kejadian ini
mengakibatkan akses hidup masyarakat khususnya kehidupan ekosistem dan
masyarakat di pelosok desa ada kecenderungan terabaikan.
Oleh sebab itu diperlukan upaya agar
terdapat keseimbangan ekosistem. Tujuannya adalah agar tak terjadi penurunan
nilai dari ekosistem manusia itu sendiri. Disadari bahwa dalam kehidupan selalu
terdapat ketergantungan antara satu terhadap yang lain, atau yang satu
menunjang yang lain.
3.2.1
Peran Manusia Dalam Menjaga
Keseimbangan Lingkungan
Satu hal
yang tak dapat dilepaskan dari ekosistem adalah jumlah populasi manusia yang
kian meningkat dari waktu ke waktu akan dapat berakibat menurunkan nilai
ekosistem kita. Pemanfaatan berbagai sumber daya alam secara tak terkendali
dapat membawa ekosistem secara keseluruhan menjadi tidak seimbang. Oleh sebab
itu pengendalian jumlah populasi manusia perlu diatur sedemikian rupa agar tak
melampaui kemampuan alam untuk mendukungnya. Di sini keanekaragaman hayati
perlu menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam memperbaiki kehidupan di muka bumi.
Hukum alam
menyebutkan bahwa siapa yang kuat, dialah yang akan menang. Dari segi jumlah
individu dan spesies, maka spesies yang memiliki lebih banyak keturunan lebih
kuat dari pada spesies yang sedikit keturunannya. Spesies yang memiliki
keturunan ’jarang’ akan memiliki peluang yang kecil untuk dapat mengalahkan
saingannya. Persaingan antar spesies akan muncul manakala kedua populasi atau
makhluk itu memperebutkan kebutuhan yang sama. Kebutuhan yang dimaksudkan di
sini antara lain berupa kebutuhan makanan, tempat hidup, perlindungan akan
keselamatan diri dan kelompoknya atau pengaruh iklim/cuaca, pengaruh radiasi
matahari dan sebagainya.
Komponen
ekosistem yang berupa energi ini amat penting dalam memelihara kelangsungan
hidup komponen yang ada dalam ekosistem tersebut. Dalam kajian ekosistem,
komponen ekosistem alam berlaku hukum alam juga. Hukum-hukum yang berkaitan
dengan energi bagi makhluk hidup di antaranya adalah hukum termodinamika
pertama, hukum termodinamika kedua.
Hukum
termodinamika pertama menyatakan bahwa energi dapat diubah dari satu bentuk ke
bentuk lain, energi bersifat lestari, tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan.
Cahaya matahari, misalnya dapat diubah ke dalam bentuk energi lain yang
bergantung pada proses-proses yang terjadi. Misalnya energi matahari diubah
menjadi energi panas, energi matahari diubah menjadi energi kimia yang
menghasilkan energi potensial dalam makanan dan energi matahari diubah menjadi
energi listrik bagi penerangan yang dapat digunakan manusia untuk mencukupi kebutuhan
hidupnya.
Hukum
termodinamika kedua menyatakan bahwa setiap sistem akan selalu cenderung
berubah dari keadaan yang teratur menjadi keadaan yang tak teratur. Hal ini
berarti setiap energi yang memasuki jasad hidup, populasi atau ekosistem dapat
dianggap sebagai energi yang tersimpan atau energi yang dapat dilepaskan. Dalam
keadaan demikian ini maka kehidupan makhluk dapat dianggap sebagai pengubah
energi. Oleh karena makhluk hidup tersebut beraneka ragam, maka akan dijumpai
beragam strategi untuk mentransformasikan energi sebagai perwujudan dari hukum
termodinamika I.
Dalam
sejarah kehidupan, manusia sebagai makhluk yang pertama kali bersedia menerima
amanah dari Tuhan untuk mengelola alam semestaini. Manusia selalu berusaha
untuk dapat menguasai alam semesta. Di sinimanusia adalah makhluk yang paling
berhak mengatur, menata, dan memanfaatkan lingkungan sesuai dengan
kebutuhannya, sedang makhluk lainnya seringkali tidak diberi kesempatan
mengatur alam semesta ini. Berkat kemampuan dalam hal berpikir, bernalar
manusia dapat mengatur, memanfatkan sumber daya alam hayati maupun non hayati
untuk kebutuhan hidup dan kehidupannya. Cara memanfaatkan sumber daya alam ini
dilakukan lewat berbagai cara yang kesemuanya itu ditujukan untuk kemakmuran
hidup, kesejahteraan dan kelangsungan hidup manusia beserta anak turunnya.
Manusia dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam lewat kemampuan
intelektualnya, di samping ada kemanfaatannya bagi makhluk hidup tetapi juga
ada sisi negatif yang muncul. Efek yang selalu mengiringinya adalah rusaknya
sumber daya alam dan bahkan seringkali juga memusnahkan sumber daya alam flora
maupun fauna serta manusia itu sendiri.
Dalam
penciptaan makhluk, Tuhan Allah SWT menciptakan manusia sebagai makhluk yang
paling sempurna dibandingkan dengan makhluklainnya. Manusia dilengkapi dengan
akal pikiran dan hati untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya, sedangkan
makhluk lainnya tidak dilengkapi akal pikiran. Manusia mampu memikirkan masa
depan anak keturunannya, oleh sebab itu manusia dapat membuat perencanaan yang
lebih baik untuk mempertahankan kehadirannya di muka bumi ini.
BAB IV
SIMPULAN
Ekosistem
merupakan hubungan saling ketergantungan atau timbale balik antar mahluk dengan
lingkungan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ilmu yang mempelajari
disebut ekologi. Berdasarkan sifatnya dalam ekosistem, organism dalam
suatu ekositem terbagi dua. Yaitu Organisme autotof dan heterotrof. Ekosistem terdiri atas komponen abiotik
dan komponen biotik Komponen
abiotik adalah segala sesuatu yang terdapat di sekitar makhluk hidup yang
berupa benda-benda mati, contoh udara, air, tanah, dan cahaya matahari.
Komponen
biotik adalah segala sesuatu yang terdapat di sekitar mahkluk hidup. Komponen
biotik dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu produsen, konsumen, dan
pengurai. Dalam ekosistem, terjadi saling ketergantungan antara komponen biotik dengan komponen abiotik maupun
antarkomponen biotik. Jumlah
individu di dalam ekosistem tidak tetap, tetapi akan selalu mengalami
perubahan. Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah emigrasi (individu
yang pergi atau pindah ketempat lain), imigrasi (individu yang
datang dari daerah lain), mortalitas (Jumlah Individu mati),
dan natalitas (jumlah individu lahir)
Di dalam
suatu ekosistem, antara komponen biotik terjadi hubungan saling ketergantungan
yang ditandai oleh peristiwa makan dan dimakan membentuk rantai makanan dan
jarring-jaring makanan. Jumlah makhluk hidup dalam setiap tngkat trofik
dalam rantai makanan harus terjaga. Bila ada makhluk yang punah, akan
menyebabkan ketidak seimbangan ekositem.Untuk mencegah kerusakan lingkungan
serta menjaga lingkungan tetap seimbang, manusia perlu melakukan
pengelolaan lingkungan yang didasarkan prisnsip ekologi, yaitu dengan menjaga
komponen-komponen di dalamnya tetap seimbang.Usaha perlindungan komponen
abiotik ialah dengan melakukan perlindungan tanah, air, dan udara. Beberapa
usaha perlindungan tanah ialah rotasi tanaman, pemupukan yang seimbang, serta
pencegahan erosi dan banjir, yaitu dengan melakukan reboisasi di lahan-lahan
kritis, melakukan tebang pilih, dan membuat sumur serapan di perkotaan.
DAFTAR PUSTAKA
Bayux, 2009. Sejarah dan Ruang Lingkup Ekologi dan Ekosistem, http://bayux3blogdetik.com,
Diakses pada tanggal 03 Mei 2014
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP).2006. Standar Isi. Jakarta : BNSP.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No.41 Tahun 2000. Pedoman Pembentukan Komisi Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup Kabupaten/kota. Jakarta
Rahman, 2010. KESEIMBANGAN LINGKUNGAN, http://school-press.com, diakses
pada tanggal 03 Mei 2014.
Casino de San Diego: Get Up To 70% Off and a $100 Bonus
BalasHapusNo matter the 충청북도 출장샵 state 서산 출장샵 you live in, you 안성 출장샵 can now 서산 출장마사지 play slots at one of the best 남양주 출장마사지 gambling and gaming destinations in California.